Senin, 23 April 2012

Pemeriksaan LED, Hitung jenis Leukosit & Eritrosit

Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)

Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux, tahap pengendapan dan tahap pemadatan. Di laboratorium cara untuk memeriksa Laju Endap Darah (LED) yang sering dipakai adalah cara Wintrobe dan cara Weetergren. Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0-20 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam, sedang pada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0-15 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat. Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan roleaux sehingga Laju Endap Darah (LED) cepat sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan Laju Endap Darah (LED) lambat (www.labkesehatan.blogspot.com)
*   LED dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1.    Jumlah eritrosit
2.    Letak dan posisi pipet
3.    Viskositas darah, bila viskositas meningkat, LED menurun
4.    Temperatur, makin tinggi suhu LED cepat turun
5.    Pembentukan rouleaux, bila rouleux banyak terbentuk maka LED meningkat.
6.    Dehidrasi, kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.
7.    Pencemaran udara
*   Laju endap darah adalah kecepatan pengendapan eritrosit, oleh karena itu untuk mengukurnya diperlukan darah dengan anti koagulan. Ada 2 cara pemeriksaan LED yaitu cara Wintrobe dan cara Westergren.
*   Cara Wintrobe, dengan langkah langkah sebagai berikut:
1.    Ambil darah EDTA atau darah oksalat
2.    Dengan menggunakan pipa Wintrobe, masukkan darah ke dalam tabung Wintrobe hingga tanda 0 mm. Cegah terjadinya gelembung udara.
3.    Biarkan tabung Wintrobe dalam posis tegak lurus selama 60 menit
4.    Bacalah tinggi lapisan plasma dalam milimeter dan catat sebagai LED.
Nilai LED normal adalah pria: < 10 mm/jam dan wanita: < 15 mm/jam
*   Pemeriksaan LED dengan metode Westergren:
1.      Antikoagulan
Dalam penetapan LED, diperlukan darah yang tidak membeku, sehingga biasanya digunakan antikoagulan. antikoagulan yang digunakan yaitu dengan menggunakan Na sitrat 3,8%.
2.      Prinsip Pemeriksaan LED
Apabila darah yang dicampur dengan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung westergren dan di diamkan dalam suhu kamar dan posisi tegak lurus selama satu menit, maka eritrosit akan mengendap di dasar tabung dan bagian atas tertinggal plasma.
3.      Pengukuran LED
Metode yang dipakai dalam pengukuran LED ada dua cara yaitu secara makro dan mikro. Secara makro yaitu metode crista (Hellige volmer) dan metode landau. Kedua metode ini sangat kurang popular di Indonesia. Metode westergren didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan karena pipet westergren yang hampir dua kali panjang pipet wintrobe.
Pembacaan metode westergren dilihat dengan panjangnya kolom plasma di atas tiang eritrosit dengan memperhatikan beberapa hal yaitu warna plasma di atas eritrosit, kejernihan plasma misalnya menjadi keruh oleh karena hiperlipemia, lapisan leukosit pada kolom eritrosit akan meningkat oleh leukositosa dan leukimia, tajamnya batas antara darah dan plasma yang menjadi tidak tajam oleh anisositosa (Wagener, 2002). Penting sekali untuk menaruh pipet atau tabung LED dalam sikap tegak lurus, selisih kecil dari garis vertikal sudah dapat berpengaruh banyak terhadap hasil LED (R. Gandasoebrata, 2007).
*   Kesalahan Pemeriksaan LED:
1.    Adanya gumpalan dalam darah sehingga menyebabkan hasil LED tidak betul.
2.    Gelembung-gelembung udara pada tabung sehingga menyebabkan adanya kesalahan.
3.    Kemiringan tabung LED.
4.    Temperatur ruang tinggi menyebabkan nilai LED meningkat dan penurunan temperatur ruangan yang besar menyebabkan nilai LED semakin turun.

*   Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa Inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam. Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang disebut LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
*   Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).
*   Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.
*   Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( mm/jam ).
Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter.
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila nilai Laju Endap Darah di atas normal. Sehingga  mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun bisa dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.
*      Standar Laju Endap Darah / LED
Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap, yaitu tahap pembentukan rouleaux dimana sel darah merah berkumpul membentuk kolom, tahap pengendapan, dan tahap pemadatan. Di laboratorium cara untuk memeriksa Laju Endap Darah (LED) yang sering dipakai adalah cara Wintrobe dan cara Westergren. Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0-20 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam, sedang pada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0-15 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam.
Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergren bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergren yang dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergren daripada metode Wintrobe. Selain itu, International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.
*   Pemeriksaan CRP dipertimbangkan lebih berguna daripada LED karena kenaikan kadar CRP terjadi lebih cepat selama proses inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke kadar normal daripada LED. Namun, beberapa dokter masih mengharuskan uji LED bila ingin membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit, dan bermanfaat untuk mengikuti perjalanan penyakit. Jika nilai LED meningkat, maka uji laboratorium lain harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah klinis yang muncul.
*    LED berlangsung 3 tahap, tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux formation) dimana kecepatan sedimentasi sangat sedikit, tahap ke-2 kecepatan sedimentasi agak cepat, dan tahap ke-3 kecepatan sedimentasi sangat rendah.

Pada orang yang lebih tua nilai Laju Endap Darah juga lebih tinggi.
Dewasa (Metode Westergren):
§  Pria <  50 tahun      =  kurang dari 15 mm/jam
§  Pria >  50 tahun      =  kurang dari 20 mm/jam
§  Wanita < 50 tahun  =  kurang dari 20 mm/jam
§  Wanita > 50 tahun  =  kurang dari  30 mm/jam

Anak-anak (Metode Westergren):
§  Baru lahir                                 = 0 – 2 mm/jam
§  Baru lahir sampai masa puber  = 3 – 13 mm/jam

*   Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Endap Darah / LED
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma, dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat. Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan roleaux sehingga Laju Endap Darah (LED) cepat sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan Laju Endap Darah (LED) lambat.

LED dapat meningkat karena:
*   Faktor Eritrosit
·       Jumlah eritrosit kurang dari normal.
·       Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih mudah/cepat membentuk rouleaux → LED meningkat.
*      Faktor Plasma
·         Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat pembentukan rouleaux→ LED meningkat.
·         Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) → biasanya terjadi pada proses infeksi akut maupun kronis.
*   Faktor Teknik Pemeriksaan
·         Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar akan mempercepat pengendapan → LED meningkat.
·         Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (>20̊ C) akan mempercepat pengendapan→ LED meningkat.
*   Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium:
·       Faktor yang mengurangi LED: bayi baru lahir (penurunan fibrinogen), obat (lihat pengaruh obat), gula darah tinggi, albumin serum, fosfolipid serum, kelebihan antikoagulan, penurunan suhu.
·       Faktor yang meningkatkan LED: kehamilan (trimester kedua dan ketiga), menstruasi, obat (lihat pengaruh obat), keberadan kolesterol, fibrinogen, globulin, peningkatan suhu, kemiringan tabung.
*    LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).
*    Bila dilakukan secara berulang, laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.
*      Pengukuran Laju Endap Darah / LED /Erythrocyte Sedimentation Rate / ESR berguna dalam mendeteksi dan memantau penyakit auto-immune seperti systemic lupus erythematosus/ SLE, dan rheumatoid arthritis,serta penyakit ginjal kronis. Pada penyakit-penyakit tersebut nilai Laju Endap Darah / LED /Erythrocyte Sedimentation Rate / ESR dapat melampaui 100 mm/jam.

*    Prosedur Pemeriksaan LED, yaitu:
  1. Metode Westergreen
·       Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4:1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4:1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
·       Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
·       Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.
·       Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.
2.      Metode Wintrobe
·       Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-kalium oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
·       Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur sampai tanda 0.
·       Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus.
·       Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.
*    Nilai Rujukan
  1. Metode Westergreen:
·       Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
·       Perempuan : 0 – 20 mm/jam
2.      Metode Wintrobe :
·       Laki-laki : 0 – 9 mm/jam
·       Perempuan : 0 – 15 mm/jam
*   Prinsip (Cara Westergren) → darah EDTA didiamkan dlm waktu tertentu, maka sel sel darah akan mengendap
  • Tujuan: Untuk mengetahui kecepatan eritrosit mengendap dalam waktu tertentu
  • Alat yang digunakan:
1.    Tabung Westergren
2.    Rak Westergren
3.    Penghisap
4.    Pencatat waktu
5.    Pipet berskala
6.    Spuit 5cc
7.    Botol kecil
  • Reagen: Natrium sitrat 3,8%
Cara Pemeriksaan:
  • Sediakan botol yang telah diberi 0,4cc Na Sitrat 3,8%
  • Hisap darah vena 1,6cc dan masukan kedalam botol yg telah diisi Na sitrat 3,8%
  • Campur baik-baik
  • Hisap campuran tsb kedlm tab Westergren → sampai tanda 0
  • Biarkan pipet tegak lurus dalam rak Westergren
  • Baca tingginya plasma selama 1 dan 2 jam
Nilai Normal
  • Laki-laki : 0 – 10 mm/jam
  • Wanita : 0 – 20 mm/jam

·         Anemia
·         Kanker seperti  lymphoma atau multiple myeloma
·         Kehamilan
·         Penyakit Thyroid
·         Diabetes
·         Penyakit  jantung
1.      Menjadi vegetarian hanya makan sayuran saja
2.      Kurangi penggunaan minyak dan lemak. Biasanya dalam 2 sampai 3 bulan LED sudah normal kembali.
3.      Terapi akupuntur
*    Masalah Klinik
·       Penurunan kadar : polisitemia vera, CHF, anemia sel sabit, mononukleus infeksiosa, defisiensi faktor V, artritis degeneratif, angina pektoris. Pengaruh obat : Etambutol (myambutol), kinin, salisilat (aspirin), kortison, prednison.
·       Peningkatan kadar : artirits reumatoid, demam rematik, MCI akut, kanker (lambung, kolon, payudara, hati, ginjal), penyakit Hodgkin, mieloma multipel, limfosarkoma, endokarditis bakterial, gout, hepatitis, sirosis hati, inflamasi panggul akut, sifilis, tuberkulosis, glomerulonefritis, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir (eritroblastosis fetalis), SLE, kehamilan (trimester kedua dan ketiga). Pengaruh obat : Dextran, metildopa (Aldomet), metilsergid (Sansert), penisilamin (Cuprimine), prokainamid (Pronestyl), teofilin, kontrasepsi oral, vitamin A.


Hitung Jenis Leukosit

Tujuan Pemeriksaan : Menghitung jumlah leukosit dalam volume darah tertentu
Metode Pemeriksaan : Manual (kamar hitung) dan Alat otomatis

*    PEMERIKSAAN HITUNG LEUKOSIT SECARA MANUAL
Prinsip:
1.      Darah diencerkan dalam pipet leukosit
2.      masukkan dalam kamar hitung
3.      hitung jumlah leukosit dalam volume tertentu
Alat dan bahan:
  1. Pipet leukosit
  2. Kamar hitung Improved Neubauer
  3. Kaca penutup
  4. Larutan pengencer (larutan Turk)
  5. Darah kapiler, EDTA, oxalat
Cara kerja
Mengisi pipet leukosit:
  1. Darah EDTA dihisap sampai garis tanda 0.5
  2. Hapus darah yang melekat pada ujung pipet
  3. Masukkan ujung pipet kedalam larutan Turk dengan sudut 450  dan hisap sampai garis tanda 11
4.      Angkat pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari, lepaskan karet penghisap
5.      Kocok pipet selama 15-30 detik
Mengisi kamar hitung:
1.      Letakkan kamar hitung  mendatar di atas meja, dengan kaca penutup
2.      Kocok pipet selama 3 menit
3.      Buang cairan dalam batang kapiler (3-4 tetes)
4.      Sentuhkan ujung pipet dengan sudut 300 pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup
5.      Biarkan 2-3 menit  supaya leukosit mengendap

Menghitung jumlah sel:
1.      Objektif 10X, turunkan kondensor kecilkan diafragma
2.      Hitung semua leukosit yang terdapat dalam keempat ‘bidang besar’ pada sudut-sudut ‘seluruh permukaan yang dibagi’
3.      Hitung sel mulai dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri 
= dihitung
= tidak dihitung

Perhitungan :
1.      Pengenceran 20 kali
2.      Jumlah semua sel yang dihitung dalam keempat bidang itu dibagi 4 menunjukkan jumlah leukosit dalam 0,1
3.      Jumlah sel yang dihitung kali 50 à
Interpretasi hasil
  Nilai rujukan :
§  Leukosit normal:
Dewasa         : 5.000-10.000/
Neonatus       : 10.000-25.000/
1-7 tahun       : 6.000-18.000/
8-12 tahun     : 4.500-13.500/
§  Leukosit Abnormal:
>10.000/              : leukositosis
< 5.000/               : leukopenia
10.000-15.000/    : leukositosis ringan
15.000-20.000/    : leukositosis sedang
20.000-50.000/    : leukositosis berat
>50.000/              : reaksi leukomoid      
*      Hitung leukosit menyatakan jumlah sel-sel leukosit perliter darah (System International Units = SI unit) atau per satu mmk darah. Nilai normalnya 4000 - 11000 / mmk.Untuk penerapan hitung leukosit ada dua metode, manual dan elektronik. Pada umumnya metode elektronik belum digunakan secara umum, mungkin baru di laboratorium besar, sehingga cara manual masih memegang peranan penting. Metode elektronik tidak dibicarakan.
*      Darah diencerkan dengan larutan asam lemah, yang menyebabkan sel-sel erotrosit hemolisis serta darah menjadi encer, sehingga sel-sel leukosit mudah dihitung.
*      Menghitung Leukosit
Darah diencerkan dalam pipet leukosit, kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung. jumlah leukosit dihitung dengan volume tertentu ; dengan mengenakan faktor konversi jumlah leukosit per ul darah dapat diperhitungkan. larutan TURK digunakan sebagai larutan pengencer, dengan komposisi : larutan gentianviolet 1% dalam air 1 ml, asam asetat glasial 1 ml, aquadest ad 100 ml. saringlah sebelum dipakai.

Cara :
Mengisi pipet Leukosit
ª      Hisaplah darah kapiler (kapiler, EDTA, atau oxalat) sampai pada garis tanda “0,5″ tepat.
ª      Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet
ª      Masukkan ujung pipet kedalam larutan TURK sambil mempertahankan darah tetap pada garis tan tadi.
ª      Pipet dipegang dengan sudut 45 derajat dan larutan TURK dihisap perlahan-lahan sampai garis tanda “11″ tepat. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
ª      Angkatlah pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari kemudian lepaskan karet penghisap.
ª      Kocoklah pipet tadi selama 15-30 detik. jika tidak segera akan dihitung letakkan pipet dalam posisi horizontal.
ª      Mengisi kamar hitung
ª      Letakkan kamar hitung yang telah benar-benar bersih dengan kaca penutup yang terpasang mendatar di atas meja.
ª      Kocoklah pipet yang berisi tadi selama 3 menit terus menerus (jangan samapai ada cairan yang terbuang dari pipet saat mengocok)
ª      Buang semua cairan yang ada pada batang kapiler pipet (3 – 4 tetes) dan kemudian sentuhkan ujung pipet (sudut 30 derajat) dengan menyinggung pinggir kaca penutup pada kamar hitung. Biarkan kamar hitung tersebut terisi cairan perlahan-lahan dengan gaya kapilaritasnya sendiri.
ª      Biarkan kamar hitung yang sudah terisi tersebut selama 2-3 menit agar leukosit-leukosit mengendap. jika tidak akan dihitung segera, simpan kamar hitung tersebut dalam cawan peti tertutup yang berisi kapas basah.

Cara menghitung sel
ª      Pakailah lensa objektif kecil (pembesaran 10x). Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma mikroskop. Meja mikroskop harus datar,
ª      Kamar hitung dengan bidang bergaris diletakkan di bawah objektif dan fokus mikroskop diarahkan pada garis-garis bagi tersebut. Dengan sendirinya leukosit-leukosit akan jelas terlihat.
ª      Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat “bidang besar” pada sudut-sudut “seluruh permukaan yang dibagi”.
ª      Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri dan seterusnya. Kadang ada sel yang menyinggung garis suatu bidang, sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis atas haruslah di hitung. Sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis sebelah kanan dan bawah tidak boleh dihitung.

Perhitungan
ª      Pengenceran yang dilakukan pada pipet adalah 20 kali. Jumlah semua sel yang dihitung dalam keempat bidang itu dibagi 4 menunjukkan jumlah leukosit dalam 0,1 ul. Kalikan angka tersebut dengan 10 (untuk tinggi) dan 20 (untuk pengenceran) untuk mendapatkan jumlah leukosit dalam 1 ul darah.
Singkatnya : Jumlah sel yang terhitung dikali 50 = jumlah leukosit per ul darah.
Catatan : Pengenceran yang lazim digunakan untuk menghitung leukosit adalah 20 kali, tetapi menurut keadaan (leukositosis tinggi atau leukopenia) pengenceran dapat diubah sesuai keadaan tersebut, lebih tinggi pada leukositosis dan lebih rendah pada leukopenia. Sedian darah dengan oxalat yang tidak segera dipakai ada kemungkinan terjadi penggumpalan leukosit. Jika darah tepi banyak mengandung sel darah merah berinti maka sel tersebut akan diperhitungkan seperti leukosit, untuk koreksi dapat dilakukan pemeriksaan sedian hapus yang dipakai untuk hitung jenis leukosit, persentase sel darah merah berinti di catat. misalnya ; didapatkan 10.000 leukosit per ul darah dan dari hitung jenis didapatkan tiap 100 leukosit ada 25 sel darah merah berinti, maka jumlah leukosit yang sebenarnya adalah
Melaporkan Hitung Jenis
Mulai dengan sel basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit dan monosit
Nilai normal hitung jenis pada dewasa:
- Basofil                    : 0-1 %
- Eosinofil                 : 1 – 3 %
- Neutrofil batang     : 2 – 6 %
- Neutrofil segmen   : 50 – 70 %
- Limfosit                 : 20 – 40 %
- Monosit                  : 2 – 8 %
- Hematokrit               : P 37-43
§  Basofilia          : leukemia granulositik kronik
§  Eosinofilia       : asma bronkial, askariasis
§  Neutrofilia       : infeksi bakteri, intoksikasi
§  Limfositosis    : infeksi virus
§  Monositosis     : malaria

Hitung Jenis Eritrosit
*    Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter darah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.
*    Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan adalah:
  • Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
  • Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
  • Natrium klorid 0.85 %
Nilai Rujukan
  • Dewasa laki-laki           : 4.50 – 6.50 (x106/μL)
  • Dewasa perempuan      : 3.80 – 4.80 (x106/μL)
  • Bayi baru lahir              : 4.30 – 6.30 (x106/μL)
  • Anak usia 1-3 tahun     : 3.60 – 5.20 (x106/μL)
  • Anak usia 4-5 tahun     : 3.70 – 5.70 (x106/μL)
  • Anak usia 6-10 tahun   : 3.80 – 5.80 (x106/μL)
Penurunan eritrosit : kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan
Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi, penyakit kardiovaskuler
Indeks Eritrosit
Mencakup parameter eritrosit, yaitu:
·         Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)
-          MCV  = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)
-          Normal 80-96 fl
·         Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)
-          MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)
-          Normal 27-33 pg
·         Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER)
-          MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l)
-          Normal 33-36 g/dL
·         Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan.
RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100
Nilai normal rujukan 11-15%
*       Menghitung Eritrosit
*       Darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung.
*       Jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu ; dengan menggunakan faktor konversi, jumlah eritrosit per ul darah dapat diperhitungkan. larutan pengencer yang dipakai adalah larutan HAYEM, dengan komposisi :
-         natrium sulfat (berair kristal) 5 g;
-         natrium klorida 1 g;
-         merkuri klorida 0,5 g,
-         aquadest ad 200 ml.
-         Juga boleh dipakai larutan GOWERS :
-         natrium sulfat 12,5 g;
-         asam asetat glasial 33,3 ml;
-         aquadest ad 200 ml.
*       Saringlah sebelum dipakai.

*       Mengisi pipet eritrosit
Tindakan-tindakan sama seperti mengisi pipet leukosit ; darah dihisap samapai tanda “0,5″ dan larutan pengencer samapa tanda “11″.
*       Mengisi kamar hitung
Sama dengan metoda yang digunakan untuk menghitung leukosit di atas
*       Menghitung jumlah sel
*       Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. meja mikroskop harus dalam posisi rata air.
*       Atur fokus terlebih dahulu dengan memakai lensa objektif kecil (10 x), kemudian lensa tersebut diganti dengan lensa objektif besar (40x), sampai garis-garis bagi dalam bidang besar tengah jelas terlihat.
*       Hitung semua eritrosit yang terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil (misalnya ; pada keempat sudut bidang besar di tambah dengan satu bidang di bagian tengah). Cara dan ketentuan menghitung sel sama dengan cara menghitung leukosit.
*       Perhitungan
Pengenceran dalam pipet eritrosit adalah 200 kali. Luas tiap bidang kecil 1/400 mm kuatdrat, tinggi kamar hitung 1/10 mm, sedangkan eritrosit yang dihitung dalam 5 x 16bidang kamar kecil = 80 bidang kecil, yang jumlah luasnya 1/5 mm kuatdrat. Faktor untuk mendapatkan jumlah eritrosit dalam ul darah menjadi 5 x 10 x 200 = 10.000
Catatan : Pengenceran yang lazim dipakai untuk menghitung eritrosit adalah 200 x; tetapi menurut keadaan (eritrositosis atau anemia) dapat diubah sesuai dengan keadaan itu. untk mengecilkan kesalahan sekurang-kurangnya harus 400 eritrosit dihitung dalam kamar hitung. Menghitung eritrosit dengan kamar hitung lebih sukar dibanding dengan menghitung leukosit dan dibutuhkan ketelitian yang lebih.



Referensi: