Pemeriksaan
LED (Laju Endap Darah)
Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu
tahap pembentukan rouleaux, tahap pengendapan dan tahap pemadatan. Di
laboratorium cara untuk memeriksa Laju Endap Darah (LED) yang sering dipakai
adalah cara Wintrobe dan cara Weetergren. Pada cara Wintrobe nilai rujukan
untuk wanita 0-20 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam, sedang pada cara
Westergren nilai rujukan untuk wanita 0-15 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor
plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal,
ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah
beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat. Pembentukan
rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen
dan globulin mempermudah pembentukan roleaux sehingga Laju Endap Darah (LED)
cepat sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan Laju Endap Darah (LED)
lambat (www.labkesehatan.blogspot.com)

1.
Jumlah eritrosit
2.
Letak dan posisi pipet
3.
Viskositas darah, bila viskositas
meningkat, LED menurun
4.
Temperatur, makin tinggi suhu LED
cepat turun
5.
Pembentukan rouleaux, bila rouleux
banyak terbentuk maka LED meningkat.
6.
Dehidrasi, kehilangan cairan tubuh
yang berlebihan.
7.
Pencemaran udara


1. Ambil darah EDTA atau darah oksalat
2. Dengan menggunakan pipa Wintrobe, masukkan darah ke dalam tabung
Wintrobe hingga tanda 0 mm. Cegah terjadinya gelembung udara.
3. Biarkan tabung Wintrobe dalam posis tegak lurus selama 60 menit
4. Bacalah tinggi lapisan plasma dalam milimeter dan catat sebagai
LED.
Nilai LED normal adalah pria: < 10 mm/jam dan wanita: < 15
mm/jam

1.
Antikoagulan
Dalam
penetapan LED, diperlukan darah yang tidak membeku, sehingga biasanya digunakan
antikoagulan. antikoagulan yang digunakan yaitu dengan menggunakan Na sitrat
3,8%.
2.
Prinsip Pemeriksaan LED
Apabila
darah yang dicampur dengan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung westergren
dan di diamkan dalam suhu kamar dan posisi tegak lurus selama satu menit, maka
eritrosit akan mengendap di dasar tabung dan bagian atas tertinggal plasma.
3. Pengukuran LED
Metode yang dipakai dalam pengukuran LED ada
dua cara yaitu secara makro dan mikro. Secara makro yaitu metode crista
(Hellige volmer) dan metode landau. Kedua metode ini sangat kurang popular di
Indonesia. Metode westergren didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu
disebabkan karena pipet westergren yang hampir dua kali panjang pipet wintrobe.
Pembacaan metode westergren dilihat dengan
panjangnya kolom plasma di atas tiang eritrosit dengan memperhatikan beberapa
hal yaitu warna plasma di atas eritrosit, kejernihan plasma misalnya menjadi
keruh oleh karena hiperlipemia, lapisan leukosit pada kolom eritrosit akan
meningkat oleh leukositosa dan leukimia, tajamnya batas antara darah dan plasma
yang menjadi tidak tajam oleh anisositosa (Wagener, 2002). Penting sekali untuk
menaruh pipet atau tabung LED dalam sikap tegak lurus, selisih kecil dari garis
vertikal sudah dapat berpengaruh banyak terhadap hasil LED (R. Gandasoebrata,
2007).

1.
Adanya gumpalan dalam darah
sehingga menyebabkan hasil LED tidak betul.
2. Gelembung-gelembung udara pada tabung sehingga menyebabkan adanya
kesalahan.
3. Kemiringan tabung LED.
4. Temperatur ruang tinggi menyebabkan nilai LED meningkat dan penurunan
temperatur ruangan yang besar menyebabkan nilai LED semakin turun.




Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter.
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan
lain, bila nilai Laju Endap Darah di atas normal. Sehingga mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju
Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun
bisa dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat.
Bila Laju Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik,
dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.

Proses
pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap, yaitu tahap pembentukan rouleaux
dimana sel darah merah berkumpul membentuk kolom, tahap pengendapan, dan tahap
pemadatan. Di laboratorium cara untuk memeriksa Laju Endap Darah (LED) yang
sering dipakai adalah cara Wintrobe dan cara Westergren. Pada cara Wintrobe
nilai rujukan untuk wanita 0-20 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam, sedang pada
cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0-15 mm/jam dan untuk pria 0-10
mm/jam.
Hasil
pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak
seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika
nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang
menyakinkan. Dengan metode Westergren bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal
itu disebabkan panjang pipet Westergren yang dua kali panjang pipet Wintrobe.
Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergren
daripada metode Wintrobe. Selain itu, International Commitee for
Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan
metode Westergreen.


Pada orang yang
lebih tua nilai Laju Endap Darah juga lebih tinggi.
Dewasa (Metode
Westergren):
§ Pria < 50 tahun = kurang
dari 15 mm/jam
§ Pria > 50 tahun = kurang
dari 20 mm/jam
§ Wanita < 50 tahun = kurang dari 20 mm/jam
§ Wanita > 50 tahun = kurang dari 30 mm/jam
Anak-anak (Metode Westergren):
§ Baru
lahir
= 0 – 2 mm/jam
§ Baru lahir sampai masa puber = 3 – 13 mm/jam

Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma, dan
faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit
yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan
menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat. Pembentukan rouleaux tergantung dari
komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah
pembentukan roleaux sehingga Laju Endap Darah (LED) cepat sedangkan kadar albumin
yang tinggi menyebabkan Laju Endap Darah (LED) lambat.
LED dapat meningkat karena:

·
Jumlah eritrosit kurang dari
normal.
·
Ukuran eritrosit yang lebih besar
dari ukuran normal, sehingga lebih mudah/cepat membentuk rouleaux → LED
meningkat.

·
Peningkatan kadar fibrinogen dalam
darah akan mempercepat pembentukan rouleaux→ LED meningkat.
·
Peningkatan jumlah leukosit (sel
darah putih) → biasanya terjadi pada proses infeksi akut maupun kronis.

·
Tabung pemeriksaan
digoyang/bergetar akan mempercepat pengendapan → LED meningkat.
·
Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi
dari suhu ideal (>20̊ C) akan mempercepat pengendapan→ LED meningkat.

·
Faktor yang mengurangi LED: bayi baru
lahir (penurunan fibrinogen), obat (lihat pengaruh obat), gula darah tinggi,
albumin serum, fosfolipid serum, kelebihan antikoagulan, penurunan suhu.
·
Faktor yang meningkatkan LED: kehamilan
(trimester kedua dan ketiga), menstruasi, obat (lihat pengaruh obat), keberadan
kolesterol, fibrinogen, globulin, peningkatan suhu, kemiringan tabung.


Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.


- Metode Westergreen
·
Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan
sampel darah citrat 4:1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % )
atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4:1 (4 bagian darah EDTA + 1
bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
·
Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
·
Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus,
jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.
·
Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan
eritrosit.
2. Metode
Wintrobe
·
Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah
Amonium-kalium oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
·
Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan
pipet Pasteur sampai tanda 0.
·
Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus.
·
Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya
eritrosit.

- Metode Westergreen:
·
Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
·
Perempuan : 0 – 20 mm/jam
2. Metode
Wintrobe :
·
Laki-laki : 0 – 9 mm/jam
·
Perempuan : 0 – 15 mm/jam

- Tujuan: Untuk mengetahui kecepatan eritrosit mengendap dalam waktu tertentu
- Alat yang digunakan:
1. Tabung Westergren
2. Rak Westergren
3. Penghisap
4. Pencatat waktu
5. Pipet berskala
6. Spuit 5cc
7. Botol kecil
- Reagen: Natrium sitrat 3,8%
Cara Pemeriksaan:
- Sediakan botol yang telah diberi 0,4cc Na Sitrat 3,8%
- Hisap darah vena 1,6cc dan masukan kedalam botol yg telah diisi Na sitrat 3,8%
- Campur baik-baik
- Hisap campuran tsb kedlm tab Westergren → sampai tanda 0
- Biarkan pipet tegak lurus dalam rak Westergren
- Baca tingginya plasma selama 1 dan 2 jam
Nilai Normal
- Laki-laki : 0 – 10 mm/jam
- Wanita : 0 – 20 mm/jam
·
Anemia
·
Kanker seperti lymphoma atau
multiple myeloma
·
Kehamilan
·
Penyakit Thyroid
·
Diabetes
·
Penyakit jantung
1.
Menjadi vegetarian hanya makan
sayuran saja
2.
Kurangi penggunaan minyak dan
lemak. Biasanya dalam 2 sampai 3 bulan LED sudah normal kembali.
3.
Terapi akupuntur

·
Penurunan kadar :
polisitemia vera, CHF, anemia sel sabit, mononukleus infeksiosa, defisiensi
faktor V, artritis degeneratif, angina pektoris. Pengaruh obat : Etambutol
(myambutol), kinin, salisilat (aspirin), kortison, prednison.
·
Peningkatan kadar :
artirits reumatoid, demam rematik, MCI akut, kanker (lambung, kolon, payudara,
hati, ginjal), penyakit Hodgkin, mieloma multipel, limfosarkoma, endokarditis
bakterial, gout, hepatitis, sirosis hati, inflamasi panggul akut, sifilis,
tuberkulosis, glomerulonefritis, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir
(eritroblastosis fetalis), SLE, kehamilan (trimester kedua dan ketiga).
Pengaruh obat : Dextran, metildopa (Aldomet), metilsergid (Sansert),
penisilamin (Cuprimine), prokainamid (Pronestyl), teofilin, kontrasepsi oral,
vitamin A.
Hitung Jenis Leukosit
Tujuan Pemeriksaan : Menghitung jumlah
leukosit dalam volume darah tertentu
Metode Pemeriksaan : Manual (kamar
hitung) dan Alat otomatis

Prinsip:
1.
Darah diencerkan
dalam pipet leukosit
2.
masukkan dalam
kamar hitung
3.
hitung jumlah
leukosit dalam volume tertentu
Alat dan bahan:
- Pipet leukosit
- Kamar hitung Improved Neubauer
- Kaca penutup
- Larutan pengencer (larutan Turk)
- Darah kapiler, EDTA, oxalat
Cara kerja
Mengisi pipet leukosit:
- Darah EDTA dihisap sampai garis tanda 0.5
- Hapus darah yang melekat pada ujung pipet
- Masukkan ujung pipet kedalam larutan Turk dengan sudut 450 dan hisap sampai garis tanda 11
4.
Angkat pipet
dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari, lepaskan karet penghisap
5.
Kocok pipet
selama 15-30 detik
Mengisi kamar hitung:
1.
Letakkan kamar
hitung mendatar di atas meja, dengan kaca penutup
2.
Kocok pipet
selama 3 menit
3.
Buang cairan
dalam batang kapiler (3-4 tetes)
4.
Sentuhkan ujung
pipet dengan sudut 300 pada permukaan kamar
hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup
5.
Biarkan 2-3
menit supaya leukosit mengendap
Menghitung jumlah sel:
1.
Objektif 10X,
turunkan kondensor kecilkan diafragma
2.
Hitung semua
leukosit yang terdapat dalam keempat ‘bidang besar’ pada sudut-sudut ‘seluruh
permukaan yang dibagi’
3.
Hitung sel mulai
dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri
Perhitungan :
1.
Pengenceran 20
kali
2.
Jumlah semua sel
yang dihitung dalam keempat bidang itu dibagi 4 menunjukkan jumlah leukosit
dalam 0,1 

3.
Jumlah sel yang
dihitung kali 50 à
Interpretasi hasil
Nilai rujukan :
§
Leukosit normal:
Dewasa : 5.000-10.000/

Neonatus : 10.000-25.000/

1-7 tahun : 6.000-18.000/

8-12 tahun : 4.500-13.500/

§ Leukosit Abnormal:
>10.000/
: leukositosis

< 5.000/
: leukopenia

10.000-15.000/
: leukositosis
ringan

15.000-20.000/
: leukositosis
sedang

20.000-50.000/
: leukositosis
berat

>50.000/
: reaksi leukomoid




Darah diencerkan dalam pipet
leukosit, kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung. jumlah leukosit dihitung
dengan volume tertentu ; dengan mengenakan faktor konversi jumlah leukosit per
ul darah dapat diperhitungkan. larutan TURK digunakan sebagai larutan pengencer,
dengan komposisi : larutan gentianviolet 1% dalam air 1 ml, asam asetat glasial
1 ml, aquadest ad 100 ml. saringlah sebelum dipakai.
Cara :
Mengisi pipet Leukosit
ª
Hisaplah darah
kapiler (kapiler, EDTA, atau oxalat) sampai pada garis tanda “0,5″ tepat.
ª
Hapus
kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet
ª
Masukkan ujung
pipet kedalam larutan TURK sambil mempertahankan darah tetap pada garis tan
tadi.
ª
Pipet dipegang
dengan sudut 45 derajat dan larutan TURK dihisap perlahan-lahan sampai garis
tanda “11″ tepat. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
ª
Angkatlah
pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari kemudian lepaskan karet
penghisap.
ª
Kocoklah pipet
tadi selama 15-30 detik. jika tidak segera akan dihitung letakkan pipet dalam
posisi horizontal.
ª
Mengisi kamar
hitung
ª
Letakkan kamar
hitung yang telah benar-benar bersih dengan kaca penutup yang terpasang
mendatar di atas meja.
ª
Kocoklah pipet
yang berisi tadi selama 3 menit terus menerus (jangan samapai ada cairan yang
terbuang dari pipet saat mengocok)
ª
Buang semua
cairan yang ada pada batang kapiler pipet (3 – 4 tetes) dan kemudian sentuhkan
ujung pipet (sudut 30 derajat) dengan menyinggung pinggir kaca penutup pada
kamar hitung. Biarkan kamar hitung tersebut terisi cairan perlahan-lahan dengan
gaya kapilaritasnya sendiri.
ª
Biarkan kamar
hitung yang sudah terisi tersebut selama 2-3 menit agar leukosit-leukosit
mengendap. jika tidak akan dihitung segera, simpan kamar hitung tersebut dalam
cawan peti tertutup yang berisi kapas basah.
Cara menghitung sel
ª
Pakailah lensa
objektif kecil (pembesaran 10x). Turunkan lensa kondensor atau kecilkan
diafragma mikroskop. Meja mikroskop harus datar,
ª
Kamar hitung
dengan bidang bergaris diletakkan di bawah objektif dan fokus mikroskop diarahkan
pada garis-garis bagi tersebut. Dengan sendirinya leukosit-leukosit akan jelas
terlihat.
ª
Hitunglah
semua leukosit yang terdapat dalam keempat “bidang besar” pada sudut-sudut “seluruh
permukaan yang dibagi”.
ª
Mulailah
menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan
dari kanan ke kiri dan seterusnya. Kadang ada sel yang menyinggung garis suatu
bidang, sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis atas
haruslah di hitung. Sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis sebelah kanan dan
bawah tidak boleh dihitung.
Perhitungan
ª Pengenceran
yang dilakukan pada pipet adalah 20 kali. Jumlah semua sel yang dihitung dalam
keempat bidang itu dibagi 4 menunjukkan jumlah leukosit dalam 0,1 ul. Kalikan
angka tersebut dengan 10 (untuk tinggi) dan 20 (untuk pengenceran) untuk
mendapatkan jumlah leukosit dalam 1 ul darah.
Singkatnya : Jumlah sel yang
terhitung dikali 50 = jumlah leukosit per ul darah.
Catatan : Pengenceran yang lazim
digunakan untuk menghitung leukosit adalah 20 kali, tetapi menurut keadaan
(leukositosis tinggi atau leukopenia) pengenceran dapat diubah sesuai keadaan
tersebut, lebih tinggi pada leukositosis dan lebih rendah pada leukopenia.
Sedian darah dengan oxalat yang tidak segera dipakai ada kemungkinan terjadi
penggumpalan leukosit. Jika darah tepi banyak mengandung sel darah merah
berinti maka sel tersebut akan diperhitungkan seperti leukosit, untuk koreksi
dapat dilakukan pemeriksaan sedian hapus yang dipakai untuk hitung jenis
leukosit, persentase sel darah merah berinti di catat. misalnya ; didapatkan
10.000 leukosit per ul darah dan dari hitung jenis didapatkan tiap 100 leukosit
ada 25 sel darah merah berinti, maka jumlah leukosit yang sebenarnya adalah
Melaporkan Hitung Jenis
Mulai dengan sel basofil, eosinofil, neutrofil batang,
neutrofil segmen, limfosit dan monosit
Nilai normal hitung jenis pada dewasa:
- Basofil : 0-1 %
- Eosinofil :
1 – 3 %
- Neutrofil batang :
2 – 6 %
- Neutrofil segmen :
50 – 70 %
- Limfosit :
20 – 40 %
- Monosit :
2 – 8 %
- Hematokrit : P 37-43
§
Basofilia : leukemia granulositik kronik
§
Eosinofilia : asma bronkial, askariasis
§
Neutrofilia : infeksi bakteri, intoksikasi
§
Limfositosis : infeksi virus
§
Monositosis : malaria
Hitung Jenis Eritrosit


- Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
- Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
- Natrium klorid 0.85 %
Nilai Rujukan
- Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)
- Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)
- Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)
- Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)
- Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)
- Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)
Penurunan eritrosit :
kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis, mieloma
multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan,
hidrasi berlebihan
Peningkatan eritrosit :
polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi, penyakit
kardiovaskuler
Indeks Eritrosit
Mencakup parameter eritrosit, yaitu:
Mencakup parameter eritrosit, yaitu:
·
Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau
volume eritrosit rata-rata (VER)
-
MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)
-
Normal 80-96 fl
·
Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit
rata-rata (HER)
-
MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)
-
Normal 27-33 pg
·
Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau
konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER)
-
MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) /
hematokrit (l/l)
-
Normal 33-36 g/dL
·
Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit.
Nilai RDW berguna memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV
berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada
anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel
sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel
mengindikasikan adanya kelainan.
RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100
Nilai normal rujukan 11-15%



-
natrium sulfat
(berair kristal) 5 g;
-
natrium
klorida 1 g;
-
merkuri
klorida 0,5 g,
-
aquadest ad
200 ml.
-
Juga boleh
dipakai larutan GOWERS :
-
natrium sulfat
12,5 g;
-
asam asetat
glasial 33,3 ml;
-
aquadest ad
200 ml.


Tindakan-tindakan
sama seperti mengisi pipet leukosit ; darah dihisap samapai tanda “0,5″ dan larutan
pengencer samapa tanda “11″.

Sama dengan metoda yang digunakan untuk menghitung leukosit di atas





Pengenceran dalam pipet eritrosit adalah 200 kali. Luas tiap bidang kecil 1/400 mm kuatdrat, tinggi kamar hitung 1/10 mm, sedangkan eritrosit yang dihitung dalam 5 x 16bidang kamar kecil = 80 bidang kecil, yang jumlah luasnya 1/5 mm kuatdrat. Faktor untuk mendapatkan jumlah eritrosit dalam ul darah menjadi 5 x 10 x 200 = 10.000
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar